Latar Belakang
Pelatihan di Ponpes Langitan |
Bangsa
Indonesia merupakan negara terbesar yang memiliki penduduk beberapa etnis, suku
dan aliran. Karena sekian banyaknya terkadang pemerintah menjadi kewalahan
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang kini semakin hedonis, semakin tidak
memperdulikan apa yang ada dilingkungan sekitar, semakin merajalela dengan
kemasabodohannya terutama dalam bermasyarakat. Selain itu Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke 4
setelah Amerika Serikat. Selain jumlah penduduknya yang besar, luasnya negara
kepulauan dan tidak meratanya penduduk membuat Indonesia semakin banyak
mengalami permasalahan terkait dengan hal kependudukan. Tidak hanya
itu, faktor geografi, tingkat migrasi, struktur kependudukan di Indonesia
membuat masalah kependudukan semakin kompleks dan juga menjadi hal yang perlu
mendapatkan perhatian khusus guna kepentingan pembangunan manusia Indonesia.
Adapun masalah-masalah kependudukan yang dialami oleh Indonesia antara lain:
A. Demografis
1. Besarnya Jumlah Penduduk (Over Population)
Telah disebutkan sebelumnya di awal bahwa
jumlah penduduk Indonesia berada di urutan ke empat terbesar di dunia setelah
berturut-turut China, India, Amerika Serikat dan keempat adalah Indonesia.
Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka 237.641.326 (www.bps.go.id). Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia
semakin bertambah. Dari sensus tahun 1971-2010, jumlah penduduk Indonesia
semakin bertambah.
Dari data yang saya ambil dari Kabupaten
Kepulaun Selayar akan mewakili jumlah penduduk Indonesia, di bawah ini dapat
dilihat bagaimana jumlah penduduk di Kepualuan Kepulauan Selayar dari tahun ke
tahun semakin bertambah. Hal ini tentunya memberikan berbagai dampak baik
postif dan negatif. Sebelum membahas tentang masalah kependudukan, ada baiknya
kita mengetahui dampak positifnya lebih dahulu antara lain sebagai penyediaan
tenaga kerja dalam masalah sumber daya alam, mempertahankan keutuhan negara
dari ancaman yang berasal dari bangsa lain, dsb.
Akan tetapi permasalahan kependudukan terkait dengan
jumlah penduduk yang besar menjadi sebuah masalah yang tidak dapat dihindarkan.
Indonesia memiliki berbagai potensi terjadinya konfik. Benturan antara berbagai
kepentingan dengan berbagai organisasi masa lainnya membuat masalah besarnya
populasi menjadi hambatan. Selain itu yang terpenting terkait dengan
permasalahan penyediaan sumber daya alam dan berbagai kebutuhan penting
lainnya. Adanya tekanan penduduk terhadap daya dukung lingkungan menjadi
masalah yang sangat rumit. Kepentingan untuk membangun tempat tinggal dan ruang
gerak sangatlah penting namun di sisi lain terdapat kepentingan yang terkait
dengan permasalah lingkungan seperti halnya sebagai daerah aliran sungai,
daerah resapan air, pertanian, penyediaan sumber daya alam, dll. Kedua hal
tersebut tidak dapat dipisahkan dan keduanya perlu mendapatkan perhatian yang
sama demi keseimbangan alam.
Selain itu, masalah yang muncul terkait
dengan jumlah penduduk yang besar adalah dalam penyedian lapangan pekerjaan.
Kebutuhan akan bahan pokok menuntut orang untuk berkerja dan encari nafkah.
Namun, penyedia lapangan kerja sangatlah minim. Yang menjadi masalah adalah
penduduk lebih senang untuk menggantungkan diri terhadap pekerjaan dan
cenderung mencari pekerjaan daripada membuka lapangan pekerjaan. Hal ini
menyebabkan masalah baru yaitu pengangguran. Apabila jumlah pengangguran ini
tinggi, maka rasio ketergantungan tinggi sehingga negara memiliki tanggungan
yang besar untuk penduduknya yang dapat menghambat pembangunan dan menyebabkan
tingkat kemiskinan menjadi tinggi.
Jumlah penduduk yang besar memiliki andil
dalam berbagai permasalahan lingkungan dan aspek lainnya. Jumlah penduduk yang
besar tentunya membutuhkan ruang yang lebih luas dan juga kebutuhan yang lebih
banyak namun lahan dan juga wilayah Indonesia tidaklah bertambah. Oleh karena
itu, perencaan yang matang sangatlah diperlukan guna penentuan kebijakan
terkait dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia.
2. Tingginya Tingkat Pertumbuhan Penduduk
Terkait dengan jumlah penduduk yang tinggi
tentunya terdapat faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah tingkat
atau laju pertumbuhan penduduk. Besarnya laju pertumbuhan penduduk membuat
pertambahan jumlah penduduk semakin meningkat.
Semakin besar persentase
kenaikannya maka semakin besar jumlah penduduknya. Kenaikan ini tentunya membawa
dampak bagi kependudukan Indonesia. Dalam penentuan kebijakan semakin banyak
yang perlu dipertimbangkan baik dalam hal penyediaan berbagai sarana dan
prasarana, fasilitas-fasilitas umum dan yang terpenting adalah kebijakan dalam
rangka mengurangi laju pertumbuhan yang ada di Indonesia. Dari situlah muncul program KB dan kini
ditangani oleh BKKBN.
Jika melihat grafik di atas, dari tahun ke
tahun tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia semakin menurun. Pertambahan yang
terjadi tidak terlalu tinggi daripada tahun sebelumnya. Namun, alangkah lebih
baik apabila persentase pertumbuhannya semakin menurun hingga mencapai angka
dibawah 1%. Dalam penggelompokkan negara-negara, negara-negara maju selalu
memiliki angka pertumbuhan penduduk di bawah 1% atau bahkan 0%. Melihat dari
jumlah penduduk Indonesia yang tinggi, penekanan agar laju pertumbuhan penduduk
dapat menurun merupakan langkah yang baik guna menjaga kualitas sumber daya
manusia Indonesia.
Apabila tingginya tingkat pertumbuhan
penduduk terus dibiarkan maka akan terjadi berbagai masalah baik masalah
pengangguran, tingkat kualitas sumber daya manusia yang menurun, kejahatan,
lapangan pekerjaan dll yang memberikan dampak negatif bagi kelangsungan umat
manusia Indonesia khususnya. Oleh karena itu, usaha untuk menekan laju
pertumbuhan sangatlah penting. Program-program yang ditawarkan pemerintah harus
didukung oleh masyarakat seperti halnya KB, penggunaan alat kontrasepsi,
penundaan usia perkawinan, dll sehingga penurunan laju pertumbuhan penduduk
diharapkan menurun.
3. Persebaran Penduduk Tidak Merata
Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk
disuatu wilayah dibandingkan dengan luas wilayahnya yang dihitung jiwa per km
kuadrat. Berdasarkan sensus penduduk
dan survey penduduk, persebaran penduduk Indonesia antar provinsi yang satu
dengan provinsi yang lain tidak merata.
Di Indonesia sendiri terjadi konsentrasi
kepadatan penduduk yang berpusat di Pulau Jawa. Hampir lebih dari 50% jumlah
penduduk Indonesia mendiami Jawa. Hal ini menjadi masalah apabila pusat
pemerintahan, informasi, trasportasi, ekonomi, dan berbagai fasilitas hanya berada
di satu wilayah. Penduduk akan berusaha untuk melakukan migrasi dan akhirnya
akan berdampak pada permasalahan pemerataan pembangunan.
Faktor faktor yang menyebabkan terjadinya persebaran penduduk:
- Kesuburan tanah, daerah atau wilayah yang ditempati banyak penduduk, karena dapat dijadikan sebagai lahan bercocok tanam dan sebaliknya.
- Iklim, wilayah yang beriklim terlalu panas, terlalu dingin, dan terlalu basah biasanya tidak disenangi sebagai tempat tinggal
- Topografi atau bentuk permukaan tanah pada umumnya masyarakat banyak bertempat tinggal di daerah datar
- Sumber air
- Perhubangan atau transportasi
- Fasilitas dan juga pusat-pusat ekonomi, pemerintahan, dll.
B. Non Demografis Bersifat Kualitatif
1. Tingkat Kesehatan Penduduk yang Rendah
Usaha untuk terus meningkatkan kualitas
hidup manusia Indonesia terus digalakkan. Namun, kembali lagi permasala itu
tetap muncul dan menjadi PR bagi penentu kebijakan guna meningkatkan kualitas
manusia Indonesia.
Dalam hal kesehatan yang akan mejadi sorotan bagaimana gambaran tingkat kesehatan adalah angka kematian bayi. Besarnya kematian yeng
terjadi menujukkan bagaimana kondisi lingkungan dan juga kesehatan pada masyarakat.
Dari data di atas dapat dilihat bagaimana
penurunan yang terjadi pada angka kematian bayi di Indonesia yang dihitung
berdasar jumlah kematian di setiap 1000 kelahiran per tahun. Penurunan ini
menujukkan usaha untuk perbaikan dalam bidang kesehatan terus saja diupayakan
guna meningkatkan kualitas hidup manusia Indonsia. Berbagai layanan kesehata
yang dibuka seperti imunisasi dan juga posyandu tentunya menjadi harapan guna
memperbaiki kondisi kesehatan yang ada saat ini.
Sebagai tambahan, terdapat tabel yang
menujukkan bagaimana kondisi status gizi buruk yang ada di Indonesia tahun
1998-2003. Pemenuhan Gizi yang baik tentunya akan sangat berpengaruh pada
kesehatan jika dikaitkan dengan kemampuan bayi untuk bertahan dari penyakit.
Kebutuhan akan gizi yang terpenuhi akan meningkatkan daya tahan tubuh sehingga
lebih kebal terhadap penyakit. Dari grafik di bawah ini, masih banyak terdapat
balita yang mengalami gizi kurang bahkan gizi buruk. Hal ini menujukkan bahwa
perbaikan dalam hal kesehatan masih perlu dilakukan
Selain indikator tersebut, pengukuran
tingkat kesehatan juga dapat dilakukan dengan melihat usia harapan hidup
manusia Indonesia. Dalam Population Data Sheet 2012, usia harapan hidup orang
Indonesia adalah 72 tahun sedangkan tahun 2011 rata-rata usia harapan hidupnya
71. Hal ini menujukkan usaha peningkatan dan perbaikan kualitas kesehatan
manusia Indonesia. Angka harapan hidup yang tinggi menunjukkan tingkat
kesehatan penduduk yang baik. Kualitas kesehatan penduduk tidak dapat
dilepaskan dari pendapatan penduduk. Semakin tinggi pendapatan penduduk maka
pengeluaran untuk membeli pelayanan kesehatan semakin tinggi. Penduduk yang
pendapatannya tinggi dapat menikmati kualitas makanan yang memenuhi standar
kesehatan.
2. Pendidikan Yang Rendah
Kesadaran masyarakat akan pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Dari UU yang
dikeluarkan pun terlihat bahwa wajib belajar penduduk Indonesia masih terbatas
9 tahun sementara negara lain bahkan menetapkan angka lebih dari 12 tahun dalam
pendidikannya. Namun bagi Indonesia sendiri, angka 9 tahun pun
belum semuanya terlaksana dan tuntas mengingat banyaknya pulau di Indonesia
yang masih belum terjangkau oleh berbagai fasilitas pendidikan. Dari HDI (Human
Development Indeks) tahun 2011 pun rata-rata pendidikan bangsa Indonesia masih pada angka 5.8 tahun. Dari
sini pun sudah terlihat bagaimana tingkat pendidikan di Indonesia.
Akan tetapi, sebenarnya tingkat pendidikan bukanlah satu-satunya indikator untuk mengukur
kualitas SDM penduduk suatu negara. Kualitas SDM berhubungan dengan
produktivitas kerja. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi diharapkan punya
produktivitas yang tinggi.
Namun kembali pada kenyataan yang terjadi
di Indonesia adalah banyak orang berpendidikan tinggi namun tetap saja menjadi
penggangguran. Orang yang menganggur menjadi beban bagi orang lain. Seperti
yang telihat pada grafik di bawah ini, pengangguran yang di maksud di sini
merupakan pengangguran yang terjadi karena mereka sedang dalam proses mencari
pekerjaan, mempersiapkan usaha, merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan
atau sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Terdapat angka yang
menujukkan bahwa tingkat pengangguran tertinggi berada pada tamatan SMA/Umum.
Ini menujukkan bahwa pendidikan setara SMA belum cukup untuk mengentaskan
jumlah pengangguran yang ada di Indonesia. Lulusan ini masih menjadi pertanda
bahwa tingkatan produktivitas tidak bertambah jika pendidikan hanya sebatas
ini. Perlunya peningkatan pendidikan serta pendidikan non formal tentunya akan membantu agar pengangguran
tidak menumpuk pada lulusan SMA.
Jika diamati, kondisi ini sangat
memprihatinkan. Tingkat pendidikan
diharapkan berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan. Sehingga pembangunan
dalam bidang pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah membawa dampak positif
yang signifikan terhadap kesejahteraan penduduk.
3. Banyaknya Jumlah Penduduk Miskin
Kemiskinan juga menjadi salah satu masalah
yang melanda Indonesia. Walau Indonesia bukan termasuk negara miskin menurut PBB namun dalam kenyataannya lebih dari 30 juta rakyat
Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Yang lebih disayangkan lagi,
Indonesia merupkan negara yang kaya akan sumber daya alam yang tersebar dari
Sabang sampai Merauke. Tapi sungguh memprihatinkan ketika meihat bagaimana
kemiskinan menjadi bagian permasalahan di negeri yang kaya ini.
Secara garis besar penurunan jumlah warga
miskin memang terlihat signifikan. Hal ini juga dibenarkan oleh beberapa pakar
yang mengamati penurunan ini. namun, angka 30 juta masih menjadi permasalahan
sendiri mengingat adanya berbagai tujuan global yang akan di capai tahun 2015.
Selain kemiskinan, masalah lain adalah
kesenjangan sosial menjadi terlihat jelas di Indonesia. Kaum konglomerat
menjadi penguasa namun pemerintah diam saja dengan kemiskinan yang ada. tidak
mengherankan apabila negara Indonesia memiliki jumlah rakyat miskin yang cukup
banyak.
Yang manjadi pertanyaan adalah kenapa
Indonesia bisa menjadi negara yang penduduknya miskin padahal kaya sedangkan
banyak negara yan miskin sumber daya namun menjadi negara-negara kaya yang
menguasai dunia. Jawabannya kembali ke sumber daya manusia. Kemakmuran
berbanding lurus dengan kualitas SDM. Semakin tinggi kualitas SDM penduduk,
semakin tinggi pula tingkat kemakmurannya. Ini dibuktikan oleh negara yang
miskin sumber daya alam tetapi tingkat kemakmuran penduduknya tinggi sperti
Jepang. Kurangnya perhatian terhadap SDM Indonesia menjadikan rakyat banyak
yang menderita. Seharusnya kenyataan ini menjadikan dasar pertimbangan
kebenaran UUD pasal 33. Dalam hal ini tetap kemakmuran rakyat merupakan hal
utama yang harus di perhatikan demi terciptanya Indonesia yang merdeka
seutuhnya.
C. Solusi
Pendidikan
luar sekolah sudah hadir di Indonesia sejak lama bahkan sebelum masa
kemerdekaan, hanya saja pengakuan yuridis baru didapatkan pada tahun 1989 yaitu
setelah adanya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Di dalam undang-undang ini terkandung memberi pelayananpendidikan
sepanjang hayat bagi seluruh warga masyarakat tanpa membedakan usia, kelamin,
suku, agama, budaya dan lingkungan.
Pendidikan luar sekolah ini di dalam Peraturan Pemerintah No. 73/1991 bertujuan untuk melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu pendididkannya, memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.
Agar tujuan tersebut dapat tercapai dibutuhkan program-program pendidikan luar sekolah yang dapat menunjang hal tersebut. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang program pendidikan luar sekolah akan dibahas dalam makalah ini.
Pendidikan luar sekolah ini di dalam Peraturan Pemerintah No. 73/1991 bertujuan untuk melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu pendididkannya, memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.
Agar tujuan tersebut dapat tercapai dibutuhkan program-program pendidikan luar sekolah yang dapat menunjang hal tersebut. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang program pendidikan luar sekolah akan dibahas dalam makalah ini.
Pengertian
Program Pendidikan Luar Sekolah
Program
adalah kumpulan intruksi atau perintah yang dirangkaikan sehingga membentuk suatu proses. (http://imelda
Indonesia.tripod.com//) Menurut Soelaiman Yusuf dan Slamet Santos (1981:1)
pendidikan luar sekolah merupakan sistem baru dalam dunia pendidikan yang
bentuk dan pelaksanaannya berbeda dengan sistem sekolah yang ada.
Menurut Phillip H. Combs mengungkapkan bahwa pendidikan luar sekolah adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan diluar sistem formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam rangka mencapai tujuan-tujuan belajar.(http://www.anakciremai.com/2008/04/makalah-ilmu-pendidikan-pendidikan-luar.html)
Menurut Phillip H. Combs mengungkapkan bahwa pendidikan luar sekolah adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan diluar sistem formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam rangka mencapai tujuan-tujuan belajar.(http://www.anakciremai.com/2008/04/makalah-ilmu-pendidikan-pendidikan-luar.html)
Jenis Program
Dalam pelaksanaannya program pendidikan luar sekolah yang terdapat di masyarakat menurut Umbirtu Sihombing (1999: 20) dapat di kelompokkan menjadi dua jenis yaitu:
a.
Program Pokok
Program pokok ini merupakan program
pendidikan luar sekolah yang diadakan oleh pemerintah terdiri dari program
pemberantasan buta aksara dan pendidikan dasar, masing-masing program ini
terdiri dari pengembangan anak usia dini, kejar paket A setara SD, kejar paket
B setara SMP, kejar paket C setara SMA. Program pendidikan berkelanjutan,
terdiri dari program: kejar usaha, kursus, pembinaan kursus, dan pendidikan
kewanitaan.
b.
Program Penunjang
Program penunjang ini merupakan program
melalui kegiatan rintisan-rintisan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
serta berdasarkan kebutuhan masyarakat, yaitu program pemberdayaan ekonomi
pedesaan, program kursus masuk desa, penyediaan dan pengembangan sarana belajar
pokok dan pelengkap, antara lain melalui latihan ketenagaan, bantuan
teknis,serta monitoring dan evaluasi
c.
Sasaran Program
Sasaran program pendidikan masyarakat
seharusnya meliputi seluruh warga masyarakat yang membutuhkan pendidikan karena
warga tersebut tidak dapat/sempat mengikuti pendidikan di jalur sekolah
sepenuhnya, usia warga masyarakat yang harus dibelajarkan tidak terbatas, namun
secara prioritas diutamakan mereka yang berusia 10-44 tahun. Jika
diklasifikasikan sasaran pendidikan masyarakat menjadi warga masyarakat yang
buta huruf,putus sekolah antar jenjang,lulus sekolah tidak melanjutkan, pencari
kerja yang menuntut ketrampilan tertentu dan mereka yang sudah bekerja tetapi
ingin meningkatkan jenjang karir dan perlu memenuhi persyaratan ketrampilan.
Pengembangan
program pendidikan luar sekolah
Program
yang dikembangkan dalam pendidikan luar sekolah sebaiknya dibangun atas dasar
kesepakatan dan kebutuhan dari warga belajar. Menurut Mustafa Kamil(2009:59)
beberapa catatan utama yang harus diperhatikan dalam pengembangan program
pendidikan luar sekolah berkaitan dengan keberhasilan pembelajaran yang ingin
dicapai yaitu:
1. Warga belajar
Warga belajar
adalah anggota masyarakat yang ikut dalam satu kegiatan pembelajaran. Tidak
digunakan istilah peserta didik murid, siswa, karena istilah ini memiliki
konotasi bahwa anggota masyarakat tersebut sebatas penerima tidak menjadi
pemilik dan penentu, kurang kelihatan aspek keterlibatan, sedangkan dalam
kegiatan PLS, warga belajar turut aktif menentukan apa yang diinginkannya untuk
dipelajari. Istilah warga menunjukkan bahwa anggota masyarakat tersebut adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran. Ketika kurikulum
pendidikan non formal akan dikembangkan perhatian pertama yang perlu dijadikan
acuan adalah kondisi warga belajar, alasannya adalah, karena warga belajar
memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan peserta didik lainnya.
menurut Mustafa Kamal(2009:60-63) Ada beberapa factor yang dijadikan patokan
seperti usia, pengalaman, kompetensi, dan motivasi berprestasi.
a.
Usia
Usia warga belajar non formal
sangatlah bervariasi, hal ini tergantung pada program yang akan dikembangkan.
Misalnya program pendidikan kesetaraan di Indonesia. Pendidikan kesetaraan
banyak diikuti oleh peserta didik yang berada pada usia sekolah.
b.
Pengalaman
Sering kali kita mengingat tentang
teori pendidikan orang dewasa (andragogok), bahwa sasaran pendidikan non-formal
adalah orang-orang yang sudah memiliki pengalaman (karena mereka sudah dewasa).
Oleh karena itu variasi pengalaman yang dimiliki warga belajar sebagai sasaran
pendidikan non formal adalah kekuatan tersendiri yang dapat dijadikan sumber
dalam proses pembelajaran. Seperti penciptaan titor sebaya.
c.
Kompetensi
Seperti yang diungkapkan oleh Ella
Yulaelawati dalam Mustafa Kamal(2009:62), focus kurikulum yang bermuatan
kompetensi adalah: pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang harus
dimiliki dan akan dikembabangkan oleh warga belajar sebagai hasil belajarnya
disertai dengan keseluruhan sistem standar mutunya. Dengan mengembangkan
kompetensi dalam kurikulum diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
• Memberi kesempatan kepada warga
belajar untuk mampu belajar sendiri
• Membolehkan warga belajar menggunakan pengetahuan, alat dan bahan lain sebagai sumber belajar.
• Membolehkan warga belajar membuat refleksi dan menilai tahap pembelajarannya sendiri
• Membolehkan warga belajar menerapkan pengetahuan, ketrampilan dan kemahiran ke matapelajaran lain, situasi baru dan pergaulan
• Membolehkan warga belajar menggunakan pengetahuan, alat dan bahan lain sebagai sumber belajar.
• Membolehkan warga belajar membuat refleksi dan menilai tahap pembelajarannya sendiri
• Membolehkan warga belajar menerapkan pengetahuan, ketrampilan dan kemahiran ke matapelajaran lain, situasi baru dan pergaulan
d. Motivasi berprestasi
Ada factor yang perlu menjadi
perhatian pengembang pendidikan luar sekolah dari sisi warga belajar. Factor
tersebut adalah motivasi. Motivasi warga belajar adalah sisi psikologis yang
menjadi pemicu terjadinya aktivitas partisipasi pembelajaran dalam kegiatan
belajar non formal. Tanpa motivasi secanggih apapun model pembelajaran serta
alat atau media pembelajaran yang digunakan tutor, proses pembelajaran tidak
akan berlangsung hangat, partisipatif, dan mungkin hasil pembelajaran tidak
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
2. Sumber belajar
Sumber
belajar adalah warga masyarakat yang memiliki kelebihan baik di bidang
pengetahuan,keterampilan, sikap dan mampu serta mau mengalihkan apa yang
dimilikinya pada warga belajar melalui proses pembelajaran. Sumber belajar
adalah orang yang merasa bertanggungjawab untuk meningkatkan kemampuan manusia
yang ada di lingkungannya. Mereka adalah manusia yang tidak masa bodoh dengan
kebodohan. Sumber belajar bukan hanya mereka yang memiliki ijazah pada tingkat
pendidikan sekolah tertentu, mereka yang tidak sekolah sekalipun, tetapi
memiliki keunggulan dan mau membagi keunggulan tersebut pada orang lain dapat
menjadi sumber belajar. Sumber belajar disebut juga dengan panggilan tutor,
fasilitator. Seorang fasilitator harus memiliki kemampuan dalam mengelola
program pendidikan luar sekolah, menyiapkan dan menterjemahkan kurikulum dan
materi kurikulum, mengelola lingkungan sebagai sumber dan tempat belajar.
Menumbuhkan
kemandirian warga belajar
Kemandirian dalam pendidikan luar sekolah seringkali berkaitan dengan beberapa hal seperti inisistif untuk belajar, menganalisis kebutuhan belajar sendiri, mencari sumber belajar sendiri, memilih dan melaksanakan strategi belajar dan melakukan evaluasi sendiri.
Menurut Mustafa kamil (2009:68-77) ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kemandirian, antara lain:
a. Kegiatan pembelajaran berpusat pada warga
belajar
Program pendidikan luar sekolah dalam
konsep pengembangan program pembelajarannya seringkali dilakukan dan disusun
bersama-sama antara sumber belajar dan warga belajar. Ini berlaku sampai tahap
evaluasi, disamping itu pula dalam konsep pembelajaran pendidikan luar sekolah
warga belajar diberikan kewenangan untuk menyusun dan melaksanakan program
pembelajaran serta melakukan evaluasi pada program tersebut secara mandiri.
b. Kesesuaian isi program denga sifat-sifat
individualitas
Dalam kerangka yang utuh, sebuah
program pendidikan luar sekolah, isi dan jenis program yang dikembangkan, harus
selalu memperhatikan perkembangan pribadi warga belajar.
c. Faktor keturunan dan kesesuaian dengan isi
program
faktor keturunan adalah berupa bakat
atau pembawaan yang ada dalam diri warga belajar. Factor tersebut turut
mempengaruhi warga belajar dalam mengikuti suatu program pendidikan luar
sekolah.
d. Kesesuaian isi program dengan factor
lingkungan
keterkaitan antara komponen
lingkungan social secara fungsional berkaitan dengan komponen-komponen lainnya
dalam kerangka system pendidikan luar sekolah.
e. Kesesuaian program dengan irama pembangunan
Isi program pendidikan luar sekolah hendaklah
memperhatikan kondisi yang terjadi dalam setiap fasekehidupan manusia. Hal
tersebut perlu perlu juga diperhatikan pada setiap sumber belajar (fasilitator,
tutor dan pelatih). Oleh karena itu, model program yang dikembangkan tanpa
merujuk pada kondisi terebut terutama pada pola kepribadian yang sebenarnya ada
dalam diri warga belajar, akan sulit mencapai keberhasilan.
f.
Kesesuaian
makna dengan program pendidikan luar sekolah
materi pembeajaran akan bermakana
apabila bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan masa depan, sehingga orang
yang belajar terangsang untuk berfikir dan mampu mengantisipasi
peristiwa-peristiwa di masa yang akan datang.
Dalam program-program pendidikan luar sekolah terdapat
kebermanfaatannya yang secara tidak langsung membantu proses dalam pencapaian
pemerataan dan keseimbangan dalam penyebaran penduduk maka salah satu jalan
dalam mengatasi masalah kependudukan yang dilakukan oleh pemerintah ialah
dengan mengadakan transmigrasi. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk dari satu daerah
ke daerah lain dalam wilayah Indonesia. Saat program itu akan dilaksanakan
tentu mereka diberikan pengetahuan kecakapan hidup yang sesuai untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya seperti halnya kecakapan hidup bertani, berkebun, otomotif
dan lain sebagainya.
Umumnya orang-orang yang mengikuti program
transmigrasi berbasis kecakapan hidup lokal berasal dari Jawa, Madura, dan
Bali, mereka biasanya ditempatkan di Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Maluku,
Irian Jaya, dan di bagian Nusantara yang masih jarang penduduk. Pulau
Kalimantan yang merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia dan memilki
jumlah penduduk yang relatif sedikit menjadi salah satu tempat tujuan
transmigrasi. Wilayah ini mempunyai potensi yang sangat besar untuk
mengembangkan pertanian, dengan lahan yang masih luas dan tanah yang subur
terbuka peluang untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik bagi para
transmigran yang kemudian diberikan pembelajaran dalam meningkatkan taraf hidup
mereka dengan program kecakapan hidup yang sesuai dengan wilayah yang akan
mereka tempati.
Pemerataan penduduk melalui transmigrasi dianggap penting mengingat kekayaan alam yang merupakan
modal pokok dalam pembangunan nasional, yang masih terpendam dalam bumi
Indonesia belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Pembangunan di bidang transmigrasi sangat erat hubungannya dengan pembangunan
daerah, baik di daerah asal maupun daerah penerima. Dari berbagai studi telah
didapatkan keterangan tentang keadaan para transmigran umum ketika di daerah asal.
Program pendidikan luar sekolah yang lain.
- Program pengarustamaan gender untuk dalam membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum atau missal sehingga dapat mengurangi jumlah angka kelahiran serta pengetahuan pentingnya menunda masa perkawinan.
- Program kecakapan hidup (KWK, KWD, PKH) dalam rangka penambahan dan penciptaan lapangan kerja,
- Program PAUD, Pendidikan keaksaraan serta pendidikan Kesetaraan Paket A, B dan C guna meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan.
Bila di terapkan dengan baik maka program-program prndidikan luar sekolah
mampu menjawab tantangan masa depan dengan segudang permasalahan-permasalahan
kehidupan bermasyarakat khususnya.
Daftar
Pustaka
http://hamimincore.blogdetik.com/2013/05/25/masalah-kependudukan-di-indonesia/
http://health.liputan6.com/read/521272/bkkbn-tahun-ini-penduduk-indonesia-capai-250-juta-jiwa
http://imelda
Indonesia.tripod.com
Mustaka
Kamil. 2009. Pendidikan Non Formal. Bandung: Alfabeta
Umbirto
Sihombing. 1999. Pendidikan Luar Sekolah dan Masa Depan. Jakarta: Mahkota
Oleh :
Habib Prastyo
Penulis
adalah pegawai negeri sipil di BPPAUDNI Regional IV Banjarbaru yang sedang
melanjutkan studi S2 jurusan Pendidikan Luar Sekolah di Universitas Negeri
Malang melalui Beasiswa Unggulan Bagi Pegawai Kemdikbud tahun 2012 dari Biro
Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN) Kemdikbud Jakarta
0 komentar:
:1: :2: :3: :4: :5: :6: :7: Posting Komentar